Nyeri kepala ini terutama diderita oleh pria, Biasanya nyeri ini mulai diderita pada usia 27-¬30 tahun.
GEJALA KLINIK
- Nyeri umumnya didahului oleh rasa penuh di telinga yang kadang-kadang meluas ke seluruh kepala, disusul beberapa menit kemudian dengan serangan-serangan mendadak berupa rasa seperti tertusuk
- Serangan tersebut sangat hebat dan menetap, tidak berdenyut, hilang-timbul secara tiba-tiba
- Penderita menjadi gelisah, mondar-mandir dan kadang-kadang memukuli kepalanya sendiri
- Beberapa penderita merasa ingin bunuh diri untuk mengakhiri nyerinya.
- Nyeri disertai dengan hidung yang berair, keluarnya air mata dan pelebaran pembuluh darah konjungtiva; kadang-kadang disertai rasa bengkak di wajah dan sekitar mata di sisi nyeri
- Selama serangan wajah menjadi pucat, sebaliknya konjungtiva tampak kemerahan dan berair.
- Nyeri dapat dirasakan di ‘belakang mata’, seolah-olah mendorong mata ke luar.
- Umumnya dimulai saat bangun tidur siang atau di malam hari, biasanya dalam 90 menit setelah tertidur.
- Terdapat periode klaster saat penderitanya mengalami serangan-serangan nyeri dan rentan terhadap pencetus tertentu; kemudian disusul dengan periode remisi saat penderitanya bebas nyeri sama sekali meskipun terpapar pada hal-hal yang biasanya mencetuskan nyeri di saat periode klaster.
- Periode klaster umumnya berkisar antara 2¬4 bulan, kemudian disusul dengan masa remisi yang Iamanya antara 1¬2 tahun. Periode klaster cenderung berulang pada selang waktu yang teratur.
APA PENYEBABNYA?
Penyebab pastinya masih belum diketahui, namun ada beberapa teori yang mencoba menjelaskan tentang nyeri kepala ini. Beberapa teori tersebut adalah :
- Terjadinya pelebaran pembuluh darah sehingga menekan saraf wajah.
- Kadar tetosteron yang terlalu rendah
- Keabnormalan dari hipotalamus ( bagian otak yang salah satu tugasnya adalah mengatur jam biologis)
- Adanya pengaruh genetik
- Ada beberapa zat yang diduga sebagai pencetus nyeri kepala ini, yakni nitrogliserin, alcohol, coklat, hidrokarbon, dan nikotin. Stress juga diduga berperan sebagai pencetus.
OBAT SATU-SATUNYA JALAN?
Ada beberapa obat yang bisa dipakai untuk mengatasi serangan ini, yakni ergotamin tartrat, metisergid, verapamil, lithium. Kombinasi empat obat di atas dapat mengatasi kira-kira 90% kasus. Jika kombinasi obat tersebut tidak ampuh lagi, dapat dicoba penambahan prednison.
BAGAIMANA MENCEGAHNYA?
Sampai saat ini, pedoman yang ada hanyalah menghindari faktor pencetus. Berikut ini beberapa tips yang dapat digunakan.
- Dianjurkan untuk menghindari tidur siang, minuman alkohol, zat mudah menguap, terutama pada periode klaster; sedangkan pengaruh diet sangat kecil.
- Menghindari gangguan emosional seperti rasa marah, frustrasi ataupun aktifitas fisik yang berat
- Harus diwaspadai bila berada di ketinggian/ pegunungan atau naik pesawat terbang, karena ketinggian dapat berperan sebagai pencetus
- Harus diwaspadai perubahan siklus tidur, misalnya akibat perubahan shift kerja, atau perubahan cara hidup.
- Dapat dipakai obat ergotamine bila perubahan siklus tidur menjadi pencetus serangan
SUMBERNYA?
• Dewanto G, Suwono WJ, Riyanto B, Turana Y. “Panduan Praktis: Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf”. Jakarta : EGC; 2009
• Beck E, Sieber WJ, Trejo R (February 2005). “Management of cluster headache”. Am Fam Physician 71 (4): 717–24.
• Stillman MJ (June 2006). “Testosterone replacement therapy for treatment refractory cluster headache”. Headache 46 (6): 925–33.
• Pinessi L, Rainero I, Rivoiro C, Rubino E, Gallone S (September 2005 2005). “Genetics of cluster headache: an update”. J Headache Pain 6 (4): 234–6.
• Schürks M, Diener HC (April 2008). “Cluster headache and lifestyle habits”. Curr Pain Headache Rep 12 (2): 115–21.
• http://emedicine.medscape.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar